Thursday, February 25, 2016

Sejarah Berdirinya Batik Manggur

Berawal Dari Bordir, Serius Menekuni Batik. Mungkin tak ada yang mengira jika dikawasan pinggiran Kota Probolinggo, dengan daerah kanan dan kiri alam berupa pepohonan yang menyerupai alas, pemakaman umum, dan kemungkinan gelap gulita jika malam hari, disini terdapat seorang pembatik wanita yang benar tekun, ulet, dan handal. 

Bagaimana tidak, beliau tak hanya mengandalkan perannya sebagai seorang pemilik, pengelola dan pimpinan dari sebuah merek bordir dan batik “Manggur”, Tapi lebih dari itu beliau memang benar-benar memiliki keahlian dan bakat alam sebagai pembordir dan pembatik yang tentunya membutuhkan kesabaran khusus untuk menekuninya. Bahkan dengan keahliannya ini beliau kerap kali diundang sebagai pelatih, instruktur maupun praktek langsung pembuatan batik di setiap even khusus yang memerlukan keahliannya. "Ibu Malikha", begitulah panggilan akrab wanita dengan dua orang anak ini. Meski pada awalnya Ibu Malikha hanyalah seorang wanita yang mengurus rumah tangga namun kemajuan dan kebulatan tekad telah membuat wanita berjilbab ini menjadi seorang wiraswasta yang handal yang mampu meningkatkan taraf hidup tetangga sekitarnya. 



Awalnya Ibu mallikha berusaha coba-coba mengisi waktu senggangnya sebagai ibu rumah tangga dengan berkatih membuat bordir dan menjahit.  Dari ketekunannya beliau memberanikan diri menerima jahitan dan bordir. Tak disangka, banyak yang puas dengan hasil karyanya hingga kurang lebih 1 tahun dan 2008 beliau banyak menerima order bordir dan jahitan baju. Keahlian yang dimiliki tak dibiarkan mengendap begitu saja, dengan niat untuk membagi ilmu sekaligus mencari tenaga kerja sesuai keahlian dan harapan, beliau membuka kursus bordir dan menjahit bagi tetangga maupun siapa saja yang berminat, selesai menamatkan kursus, anak didiknya tak dibiarkan begitu saja, tapi mereka langsung direkrut menjadi tenaga kerja sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan usaha bordirnya. 

Dan dua pelatihan awal membatik yang diadakan dinas setempat, yaitu Dinas Koperindag Kota Probolinggo, beliau hanya mengikuti pelatihan yang terakhir, namun demikian Ibu Malikha berani untuk mewujudkannya dalam sebuah produksi kain batik disaat teman-teman UMKM sesame peserta pelatihan masih ragu untuk memproduksi terlalu banyak karena ketakutan kain tersebut tidak mampu terjual. Akan tetapi keinginan untuk berikthiar terlebih dahulu daripada memikirkan hasil akhir, mendorong beliau untuk mewujudkannya dalam sebuah karya cipta seni dan budaya. Hal ini terbukti pada perayaan SEMIPRO 2009. Dan karya batik tulis yang dipamerkan oleh paguyuban pengrajin batik tulis itu (Srikandi), 95% diantaranya adalah milik Batik “Manggur” produksi ibu malikha. 



Menginjak Tahun 2009, beliau mendapat undangan pertemuan rutin di KADIN Kota Probolinggo dimana pada saat itu diumumkan bahwa dirumah ibu IDA kustiani, salah seorang pemilik UMKM yang bergelut dibidang yang sama, akan diadakan pelatihan batik setiap hari minggu dan setiap hadir diharuskan mengisi kas sebesar Rp. 2000,-

Dilain pihak, Ibu Malikha sendiri menyadari bahwa membatik merupakan pekerjaan yang membutuhkan kesabaran. Dan justru karena keinginan yang kuat untuk melatih kesabaran inilah yang mendorong Ibu Malikha untuk terjun menggeluti dunia batik. Tak disangka dari keinginan melatih kesabaran diri, akhirnya tercipta berbagai corak Batik Probolinggo yang bermerk “Manggur” ini, 



Diantaranya Motif Pesisiran, Angin, Mega Mendung, Mangga Parang, Mangga Kawung dan banyak lagi lainnya. Warna batik tulis pun beraneka ragam dan yang cerah hingga yang gelap sesuai dengan motif yang  di inginkannya ini. Ibu Malikha sedikit berbagi tips, “sebenarnya tidak sulit untuk menciptakan suatu motif atau desain batik, tinggal kita mencoba menuangkan apa yang ada disekitar kita. 

Misalnya Image Kota Probolinggo adalah masyarakatnya pesisir, maka saya tuangkan image tersebut dalam desain kain batik dengan motif gabungan, ada ikan dan rumput laut. Begitupun motif angin. Kota Probolinggo yang identik dengan anginnya, maka corat-coret di kain putih, jadilah kain batik motif angin. Tidak sulit menciptakan motif, tinggal kita berani berksperimen saja ”Tutur wanita yang mudah senyum ini” Mengenai proses pembuatan, diakui kalau pembuatan batik tulis tidaklah semudah batik printing. Kalu printing, saya yakin semua orang bisa untuk membuatnya, amat sangat bisa. Tapi tidak demikian dengan baik tulis. 



Batik Tulis sangat dipengaruhi oleh mood dan suasana hati pembuatnya. Apabila sedang dalam kondisi bad mod, goresan canting dan desain bisa berbeda satu sama lain” jelasnya. Hal ini tentu sangat berpengaruh pada segi harga jual masing-masing kain batik. Tergantung pada motif jenis kain, dan proses pembuatan. Itu mengapa batik tulis lebih mahal dari pada batik printing. Namun demikian untuk memberikan kepuasan kepada konsumen. Batik manggur memberikan harga yang bervariasi mulai dari Rp. 50 ribu ke atas sampai dengan ratusan ribu rupiah. Pembeli tinggal memilih mana yang mereka suka dan cocok baik dari segi motif, jenis kain, dan harganya” tambahnya lagi : kreatifitas Ibu Malikha dalam menciptakan motif batik khas kota probolinggo pun cukup diakui. 


Siapa yang mengira kalau salah satu motif batik khas Kota Probolinggo buatan Ibu Malikha sudah masuk dalam brosur “Pesona Batik Khas Jawa Timur”. Dalam brosr itu ditampilkan kain batik warna hijau yang diberi nama motif seribu taman. Ibu Malikha sendiri sudah menciptakan banyak motif selain motif seribu taman.

0 comments:

Post a Comment